Senin, 07 Agustus 2017

Harapan Kosong





Waktu usiaku 9 tahun, aku mulai diajarkan oleh guruku tentang bagaimana wajah Indonesiaku. Kata guruku saat itu “Nak, Indonesia sangat kaya akan alamnya, budayanya, agamanya, dan bahasanya. Kita juga banyak uang karena pejabanya sungguh-sungguh bekerja demi rakyat”. Dengan kepolosanku saat itu aku sangat bangga mendengarnya.

Dengan sedikit berlagak dewasa aku mulai berpikir bahwa suatu saat aku dewasa nanti aku akan bekerja keras demi menafkahi keluarga kecilku, anak-anak ku, juga istriku, ditanhku yang subur dan kaya raya ini, hidu damai dan tenteram ditengah perbedaan suku, budaya, agama, dengan memiliki pejabat-pejabat yang mementingkan kepentingan rakyatnya.

Seiring berjalannya waktu usiaku semakain bertambah, akupun beranjak dewasa, rasa bangga yang dulu melekat pada diriku seola menimbulkan banyak pertanyaan, perlahan-lahan rasa bangga itu mulai memudar dengan melihat realita kehidupan yang semakin hari semakin membuatku menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.

Aku menemukan satu kenyataan bahwa sebenarnya tanah yang dulu diceritakan waktu itu ternya kini sudah tandus, karena banyk industri yang berdiri diatasnya, pejabat-pejabat yang dulu katanya benar-benar adil, entah kemana negeri ini ribut tidak ada habisnya seperti anjing sedang berebutan tulang daging didekat bak sampah milik restoran mewah.

Kadang aku merasa bahwa mungkin guruku salah mengajarkan aku tentang semua yang dulu pernah diceritakannya, kekayaan yang diceritakan waktu itu dimana sehingga rakyatnya banyak miskin, keadilan itu dimana sehingga rakyat kecil yang dihukum terus dibalik jerui besi, sedangkan pejabatnya di dihukum dirumahnya sendiri, bebas keluar masuk tanpa ada penghalang.

Tuhan, jika lahir adalah pilihan lebih baik aku memilih untuk tidak dilahirkan dinegeri yang penuh dengan kebobrokan, penuh dengan kemunafikan, penuh denga orang-orang serakah, penuh dengan pejabat-pejabat yang najis, senang diatas penderitaan orng lain.

Tuhan, di tengh keadaan yang penuh dengan sandiwara ini aku mohon lindungilah negeriku dari tangan para pencuri, tangan para perampok, dan jika kedamaian dan keadilan adalah taruhan maka ambillah nyawaku, sebagai taruhannya agar negeriku bisa adil dan damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

harapan kosong

Harapan Kosong

August 07, 2017   rhykardus.blogspot    Oleh: Rikardus Asa. Waktu usiaku 9 tahun, aku mulai diajarkan oleh guruku tentang bagai...